
Sikap kritis membutuhkan keberanian. Ketika kritis menjadi sikap hidup maka berbagai perlawanan harus dilakukan. Baik itu melawan ketidak adilan atau melawan sikap mental yang tidak sesuai dengan pandangan masyarakat. Menganalisa sikap hidup perlawanan sebagai pandangan hidup tidak lepas dari apa yang dilakukan oleh pengemban sikap hidup tersebut.
Hardi adalah pelukis yang mempunyai sikap hidup perlawanan tersebut, bagaimana dia memahami ketidak adilan maka sikap hidup pribadinya sebagai seorang kritis akan muncul. Hal ini telah terbukti ketika gerakan Desember Hitam tahun 1974, Hardi menjadi bagian dari seniman yang membuat pernyataan kritis tentang dunia seni rupa, khususnya pendidikan seni dalam kampus. Pandangan progresif Hardi dan kawan-kawan tentang seni rupa terhadap pandangan konservatif seni menjadikan dirinya diskors sebagai mahasiswa STSRI ASRI Yogyakarta.
Lalu tahun 1975 Hardi bersama kawan-kawan seniman Yogyakarta dan Bandung. Membentuk GSRB (Gerakan Seni Rupa Baru) yang disponsori Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Kejadian awal perkembangan seni rupa Indonesia yang dipicu dengan peristiwa-peristiwa menggemparkan Hardi selalu ada dalam gerkan tersebut. Itulah mode kritis Raden Soehardi Adimaryono aka Hardi dalam menjelajahi karier senimannya. Berbagai karya seni telah dia lahirkan dari pemikiran-pemikiran kritisnya.
Secara keseluruhan karya-karya Hardi semasa hidupnya dapat disaksikan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Hall A. Rangkaian pameran berjudul Jejak Perlawanan “Sang Presiden 2001” memuat sebagaian karya Hardi, mulai dari lukisan, keris hingga seni grafis terpajang secara rapi. Pameran dilaksanakan 10-26 Januari 2025.
Salah satu karyanya yang menarik adalah karya grafis dengan judul Presiden RI Tahun 2001 Soehardi. tehnik cetak saring pada kertas yang dibuat 25 edisi dengan ukuran 70 x 50cm. Karya inilah yang menjadi ikon dari pameran ini. Jika melihat estetika yang ditawarkan oleh Hardi karya ini merupakan karya protret diri senimannya dengan menggunakan sergam ala militer dan berbagi atribut yang menempel pada baju yang dikenakannya.
Karya yang secara estetik merupakan karya yang sederhana. Tetapi muatan sosialnya dapat dijadikan fundamental suatu zaman dimana yang estetis dari suatu karya dapat menjadi simbol perlawanan. Hal ini mempunyai akibat bagi senimannya. Hardi sempat ditangkap Laksusda Jaya, institusi strategis yang berurusan dengan koordinasi keamanan dan ketertiban wilayah Jakarta. Hardi ditahan 3 hari, lalu dibebaskan.
Begitulah keindahan yang ditampilkan oelh pelukis atau seniman jika berhubungan dengan sikap kritis akan mendapatkan ganjaran yang setimpal, sesuai dengan peradaban zaman yang berkembang. Penekanan sejarah yang membantu memahami sikap kritis memang lebih banyak dipahami oleh seniman. Melalui estetika yang dipelajari dalam karya-karya yang dibuatnya. Rasa seni muncul, kadang perlawanan susah dibendung. Butuh sikap reflektif untuk melihat kedalam sikap kreatif penciptaan seninya.

membicarakan karya Hardi yang berada di ruang pamer.
“Kita tahu seorang Hardi yang sangat kreatif dan kritis. Seringkali beliau berani mengkritisi begitu lugas, dalam menyampakan kritiknya”,ungkap Fadli Zon, Menteri Kebudayaan, saat mebuka pameran (15/1/25).***