Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikaruniai beragam potensi yang menjanjikan, beberapa yang mendunia adalah lada dan timah.
Salah satu komoditas Provinsi Bangka Belitung yang telah mendunia adalah lada putih, atau juga dikenal dengan merk dagang Muntok White Paper. Komoditas lada putih di Bumi Serumpun Sebalai bahkan telah menjadi buruan sejak pertengahan abad ke-18, ketika Pemerintah Belanda mengirimkan misi dagangnya yang dipimpin oleh Van Haak untuk meninjau perdagangan lada di Bangka.
Selain lada putih, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga dikenal dengan komoditas timah, yang konon katanya sudah ditemukan sebelum abad ke-1. Hal tersebut berdasarkan catatan sejarawan George Cœdès, yang melaporkan sebelum abad ke-1 banyak pelaut India datang ke wilayah Wangka (sekarang Pulau Bangka). Adapun kata Wangka dalam bahasa Sansekerta berarti timah.
Muntok White Pepper yang Tersohor

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berpredikat sebagai produsen komoditas lada terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, dalam lima tahun terakhir (2018-2022), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berkontribusi sebesar 37,48% dari total produksi lada nasional.
Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2022, produksi lada perkebunan rakyat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 27.376,16 ton. Meningkat jika dibandingkan dengan produksi di tahun 2021 sebesar 27.166,60 ton.
Salah satu komoditas lada unggulan yang cukup terkenal dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah lada putih atau dikenal dengan merk dagang Muntok White Pepper. Bahkan komoditas tersebut sudah mulai dikembangkan sejak abad ke-17, meski masih dalam skala kecil. Lada putih Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kian berjaya dan menjadi buruan pasar dunia pada abad ke-18, sejalan meningkatnya kebutuhan komoditas lada dunia, khususnya bagi negara-negara di Benua Eropa.
Hingga kini, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus berupaya mengoptimalkan potensi Muntok White Pepper. Sebab selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi, Muntok White Pepper juga memiliki nilai sejarah dan kearifan lokal masyarakat.
Salah satu upaya Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk melestarikan Muntok White Pepper adalah dengan membentuk lembaga khusus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Lada pada tahun 2014 lalu. Lembaga tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas lada putih dari hulu hingga hilir.
Muntok White Pepper diketahui berasal dari kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Komoditas lada putih tersebut memiliki sejumlah keunggulan, salah satunya adalah kadar piperinnya (kandungan yang memberikan rasa pedas dan ketajaman khas pada lada) yang diyakini tertinggi di dunia.
Timah Bangka Belitung yang Mendunia

Timah merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diketahui, sumber daya timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2021 sebesar 2.180.081,1701 ton dengan cadangan 1.971.101,13 ton.
Sementara potensi bijih timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2021 mencapai 6.008.646.449,3485 ton, dengan cadangan bijih timah 6.126.513.015,5239 ton.
Dengan potensi yang sangat besar tersebut, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dipredikatkan sebagai wilayah penghasil timah terbesar di Indonesia. Bahkan potensi timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil timah terbesar di dunia.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga dipredikatkan sebagai pemasok utama pasar timah dunia. Dengan rata-rata besaran ekspor 20 – 30 persen dari total kebutuhan timah dunia yang mencapai 200.000 ton per tahun. Hingga bulan Maret 2023, nilai ekspor timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai USD 225.799.152.80.

sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan catatan sejarawan George Cœdès, keberadaan timah di Provinsi Bangka Belitung sudah ditemukan sebelum abad ke-1. Kemudian berdasarkan prasasti Kota Kapur peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka, dapat diketahui bahwa penambangan timah di wilayah tersebut telah dilakukan sejak abad ke-7.
Baru pada tahun 1730-an sampai 1740-an, tepatnya pada masa Kesultanan Palembang di bawah pimpinan Sultan Mahmud Badaruddin I, penambangan timah di Pulau Bangka dilakukan secara besar-besaran.
Kesultanan Palembang juga menunjuk Wan Akub, yang tak lain adalah paman Zamnah, istri muda Sultan Mahmud Badaruddin I yang keturunan Tionghoa menjadi kepala pertambangan timah di Bangka saat itu. Untuk mengoptimalkan penambangan timah, Wan Akub kemudian mengusulkan kepada Kesultanan Palembang untuk mendatangkan kuli tambang dari Tionghoa , tepatnya dari Siam dan Chocin.
Hingga saat ini, komoditas timah masih menjadi penopang ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pemerintah pusat saat ini juga telah membangun sentra-sentra industri untuk mendorong hilirisasi potensi timah Provinsi Kepulauan. Hal tersebut dilakukan demi meningkatkan nilai tambah dan memberikan kebermanfaatan pada masyarakat melalui pembukaan lapangan pekerjaan baru.