Yayasan Anyo Indonesia ( YAI) bekerjasama dengan Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia menggelar pementasan teater anak pejuang kanker untuk menyambut Hari Kanker Anak se-Dunia di Hall Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Rabu (12/02/2025).
Terinspirasi dari The Global initiative for Childhood Cancer (GICC), acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak-anak pengidap kanker secara global di seluruh dunia hingga 60% di tahun 2030.
Pentas teater anak ini diharapkan memberi kekuatan dan motivasi secara psikologis bagi anak-anak pejuang kanker. Selain itu, hal ini juga sebagai bentuk dukungan program yang digerakan oleh GICC. Program tersebut merupakan bagian dari WHO, yang konsisten menyuarakan perlindungan terhadap anak anak pejuang kanker.

“Pertunjukan teater yang bertajuk Simfoni Suara Suara Tak Terdengar patut di tonton karena memiliki pesan bagaimana kita mendengarkan suara-suara anak-anak pejuang kanker ini dan juga memberikan wawasan kepada masyarakat terkait tantangan yang dihadapi mereka,” tutur Pinta Manullang Panggabean selaku ketua YAI.
Teater anak-anak dinilai sebagai medium yang efektif untuk mengedukasi mayarakat terkait kanker. Melalui teater, kegundahan dan tantangan anak-anak penyintas kanker tersebut dikemas secara menarik sehingga mudah dicerna oleh masyarakat umum.
“Diharapkan dapat memberikan pesan moral. Agar anak anak yang termarjinalkan, terlindungi dan diperjuangkan kelangsungan hidupnya. Sehingga menumbuhkan kesadaran bagaimana kita bergerak mendampingi anak anak pejuang kanker ini, terang Lena Simanjuntak, sutradara teater anak.
Data WHO menyatakan, tingkat kesembuhan kanker di negara negara berpenghasilan tinggi sekitar 80%, sementara di Indonesia hanya 20% saja. Tentu hal ini butuh upaya berkesinambungan yang intens.
Untuk itu, YAI sebagai anggota dari GICC international akan terus menyuarakan, mengedukasi masyarakat tentang kanker melalui berbagai medium, salah satunya seni. Hal itu demi mendorong akselerasi tingkat pencegahan dan kesembuhan hingga ke angka lebih dari 50% di Indonesia.
Teks dan Foto: Tunggulr