
Kembali ke ruang pameran bagi pelukis merupakan keniscayaan. Konsep yang terjabarkan diatas material baik kanvas atau kertas menjadi tanda atas produktivitasnya. Ruang pamer adalah peradaban seni yang harus dilalui untuk memperkenalkan perkembangan estetika yang telah terjabarkan atau tergores diatas kanvasnya. Ruang pamer juga menjadi akhir dari kerja-kerja studio.
Pengalaman batin kerja studio menjadi dasar bagaimana mengejawantahkan diri pada ruang pamer. Walalupun telah 10 tahun lebih tidak menghadapi ruang pamer beserta tamu-tamunya. Eko Rahmy hadir kembali mengejawantahkan apa yang telah menjadi konsep hidupnya sebagai seorang pelukis. Sehingga kesan terhadap karya-karyanya bagi tamu yang datang dipameran tunggalnya menjadi goresan di hati. Berkesan.
“Sebuah refleksi dari periode hiatus Pak Eko yang ternyata melakukan banyak observasi terhadap keindahan alam semesta beserta isinya. Suatu pesan indah untuk bersyukur kepada alam semesta yang telah memberi makan kita dan menjaga kita, ditengah situasi dunia saat ini yang melihat “the Earth as granted” rasa syukur yang mulai jarang dirasakan penghuninya”ungkap Vera Saidjan-Yudhono, dalam kiriman pendapatnya melalui pesan pendek kepada penulis.
Meskipun demikian pertanyaan-pertanyaan muncul, macam apakah “tidur” yang dilakukan Eko Rahmy hingga memberi kesan yang menggores hati? Seperti apakah karya-karya yang dibuatnya saat “tertidur”? Bagaimana Eko Rahmy menjabarkan konsep selama itu dalam kanvas-kanvasnya? Berbagai kemungkinan yang dapat dicermati dari perjalanan hiatus Eko Rahmy seperti yang diungkap diatas.
Ternyata setelah bangun dari tidur panjangnya tidak menyelengarakan pameran tunggal di ruang pamer. Eko Rahmy mempunyai daya pukau untuk membangun dunia estetiknya diatas kanvas dengan tajam dan mempunyai kekuatan filosofis alam. Walalupun dia membentuk komposisi atas alam dibaca terbalik. Sesuatu yang konkret adalah nyata dibaliknya. Hal ini digoreskan dalam berbagai bentuk yang wujudnya tidak sama diatas kanvasnya.
Hingga menggugah komentar yang cukup memberi pengamatan tajam atas karyanya. Komposisi dan permainan warna di lukisan-lukisan Eko yang berbeda dari tren visual saat ini, memberi kesan familiar, mungkin sedikit sentimental, tapi tidak outdated. Walaupun nama Eko selama lebih dari satu dekade seolah-olah menghilang dari publik, sama sekali tidak berarti bahwa dia berhenti berkarya”,ujar Detty Wulandari.
Apa yang dibangun Eko Rahmy dalam pameran tunggalnya kali ini setelah 10 tahun “tertidur’ di ruang studionya merupakan gambaran. Bahwa jiwanya tidak diam ditunjukan dengan estetikanya yang tajam pada bentuk tidak berulang, serta konsistensi terhadap warna latar yang mendorong kompleksitas ragam bentuk itu muncul, terkesan updated. Secara pemikiran, hasil yang dipikirkan tidak diproduksi dalam satu waktu. Tetapi produksi berkelanjutan atas konsep estetika yang diyakininya.
Kompleksitas keragaman bentuk itulah yang dibawanya dalam bidang kanvas. Serta bentuk tak berwujud dalam keberagaman itu, seakan tidur panjang membuat garis tanpa akhir atas konsep estetisnya mendorong berkeping kanvas hadir dalam pameran tunggal bejudul Notasi Visual ini. Bahkan ukuran-ukuran karya yang besar, memberi peluang pengamatan lebih mendalam bagaimana garis dan bentuk dikendalikan dan kontrol secara dinamis oleh pelukis tetapi bisa dirasakan oleh yang mengamatinya.
Pameran tunggal Eko Rahmy yang bertempat di Galeri ZEN1, Jl Purworejo No.24, Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat 10310, berlangsung dari 4-20 July 2025, memberi peluang serta gambaran proses bagaimana pelukis menjabarkan estetikanya secara berkelanjutan, tidak dalam hentakan waktu sesaat. Hal ini dilihat dari besarnya ukuran bidang gambar dan keberagaman bentuk, serta garis sebagai notasi dari lukisan yang nampak digoreskan tiada henti pada bidang lukisnya.
“Karya-karya ukuran besar mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi sehingga kepadatan dan keberagaman alam lebih terasa dan lebih banyak membawa imaginasi”,tegas Cosmas Gozali. Arch, melalui pesan pendeknya.
Konstruksi yang dibangun melalui pameran berjudul Notasi Visual oleh pelukis Eko Rahmy ini, menjadi notasi yang ritmis ketika memperhatikan garis-garis yang ada dalam lukisannya. Hal yang memberi updated bahwa yang terlukis tidak digoreskan dalam waktu yang sesaat. Jika diperhatikan cara kontemplasi Eko Rahmy memberi ciri khas pada proses, bukan sekedar melukis tapi memberi arti apada karier kepelukisannya serta menjiwa hidupnya dengan garis dan bentuk-bentuk yang tidak pasti. Itulah estetika Eko Rahmy setelah bangun dari tidur panjangnya. ***