Categories Blog

Integrasi Gagasan Dua Seniman

Dua pengunjung sedang memperhatikan karya pada pameran Staging Desire, Galeri Salihara

Menyimak pameran seni instalasi Staging Desire yang dilaksanakan di Galeri Salihara Jl Salihara 16, Jakarta Selatan, sesungguhnya melihat satu karya yang dibuat dua seniman. Bagaimana ini terjadi? Karya macam apa yang ditampilkan? Bagaimana peran masing-masing seniman? Jelas sekali energi kritis muncul ketika tidak berada dihadapan karya-karya yang ditampilkan. Sebab hanya imajinasi yang bekerja membayangkan karya yang terpajang dalam ruang pamer.

Tetapi setelah menemukan atau berhadapan langsung dengan karya-karya yang terpajang , tanggal 14 Juni-27 Juli 2024, pikiran tentang pembentukan subyek secara sadar terangkai. Bahwa masing-masing seniman dalam pameran ini mempunyai peran yang sama kuat. Saling mengisi gagasan yang dibutuhkan dalam tajuk pameran. Serta komunikasi yang berasa bahwa intensitas tinggi terjalin dengan sempurna.

Pameran Staging Desire atau Panggung Kehendak, dengan seniman Nindityo Adipurnomo dan Imam Sucahyo, memperlihatkan gagasan luas tentang rasa kemanusian yang hadir dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi mendalam dalam karya yang mereka tampilkan serta eksplorasi material yang unik, didukung dengan ruang pamer yang memadai menjadikan pameran ini terlihat jauh mengeksplorasi rasa dan ruang senimannya.

Imam Sucahyo yang lebih banyak melakukan praktek-praktek seni dengan mengambil material sekitar. Kehidupannya di pesisir pantai Tuban, mendapatkan tempat pada pameran ini. Beberapa material yang diambil dari pantai dia pamerkan dalam bentuk seni instalasi. Kekuatan eksplorasi yang matang memberi dukungan pada material menjadi tambah hidup dan memberi kesaksian bahwa material itu mempunyai jiwa mendalam dalam karyanya. Seperti menyatu dalam ruang batinnya.

Hal itu merupakan kehendak yang dijiwai seniman dalam setiap karyanya. Akar karya yang lahir dari gagasan mendalam. Imam memperlihatkan bahwa material yang dia bawa dari kampung halamannya menyatu dalam jiwanya. Ini ditunjukannya dalam lukisan yang terpamapang diatas kanvas dengan penyajian tergantung dengan tali. Nampak warna, bentuk dan garis memperlihatkan khas warna pilihan jiwa senimannya. Serta daerah asal dimana dia berasal, warna pesisiran.

Sedangkan Nindityo Adipurnomo, seniman yang berasal dari Semarang dan kini bermukim di Yogyakarta, memperlihatkan bagaimana material drawing yang bukan dari kertas diatas pensil tapi besi ukuran kecil terurai menjadi bentuk-bentuk khas terpampang satu demi satu diantara celah tembok gudang sebelum memasuki ruang pamer utama. Nindityo mempunyai kecenderungan runut dalam mempelihatkan gagasan karya dengan material yang industrial.

Kekuatan ini memperlihatkan bagaimana eksplorasi media menjadi pencapaian dirinya dalam mengarungi dunia seni. Ada lagi, eskplorasi rotan, batang yang dibuat mengikuti alur intuitif dalam membentuk secara keseluruhan dari gagasan karyanya. Hingga ukuran memanjang dan mempunyai lekuk-lekuk yang khas bahwa eksplorasi bentuk dilakukannya dengan serius. Begitulah pendekatan gagasan penggunaan material yang menghidupkan pameran ini tersaji.

Menurut Zarani Risjad, kurator pameran, Panggung Kehendak merupakan dokumentasi proses aktualisasi diri melalui praktek seni dengan menampilkan karya-karya Nindityo Adipurnomo dan Imam Sucahyo. Pertemuan ini mendorong kedua seniman untuk mengeksplorasi bagaimana kehendak -baik secara personal maupun sosial- membentuk praktek kreatif mereka.

“Proyeksi ini memadukan bahasa material yang berbeda sekaligus menerangi pertanyaan-pertanyaanbesar yang mereka. Disini, kehendak mengambil bentuk melalui peragaan, bukan penyelesaian -mengundang kita memasuki ruang dimana makna muncul lewat fragmen, ketegangan, dan dialog yang senantiasa berlangsung diantara diri dan masyarakat”,ungkap Zarani pada akhir teks kuratorialnya.***

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *