Categories Ragam Daerah

Profil Daerah: Sejarah Kabupaten Kepulauan Natuna

Letak strategis Kabupaten Kepulauan Natuna dilirik oleh mata dunia, bahkan sejak ratusan tahun yang lalu. Di mana wilayah kepulauan ini memegang peranan penting sebagai penghubung dan titik singgah jalur perdagangan lama bagi negeri-negeri di Kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, terutama Tiongkok.

Fakta terkait hal itu dapat ditelusuri lewat  peninggalan keramik yang banyak ditemui di wilayah ini. Berdasarkan temuan para peneliti, terdapat beragam keramik yang berasal dari berbagai negara/wilayah, seperti Tiongkok (Dinasti Song, Yuan, Ming, dan Qing), Vietnam, Thailand, Belanda, Jepang, Inggris, dan Singkawang.

Keramik-keramik tersebut diperkirakan sudah ada sejak abad ke-9 hingga abad ke-20, yang sekaligus menandakan peran penting Kabupaten Natuna sebagai pusat dan perlintasan perdagangan selama 11 abad lamanya.

Eksistensi Kabupaten Natuna juga dapat ditemui dalam catatan-catatan penjelajah dunia, mulai dari catatan biksu asal Cina, I Tsing hingga Laplace, penjelajah kawakan dari Benua Eropa.

Catatan Para Penjelajah tentang Kabupaten Kepulauan Natuna

  • (Abad ke-7) Catatan I Tsing

Dalam catatan biksu dari Cina tersebut, disebutkan bahwa mazhab Mulasarvastivada telah berkembang di beberapa wilayah, salah satunya di wilayah Tan-tan atau Pulau Dandan (kepulauan Natuna). Dalam catatannya, I Tsing juga menyebut nama Nan Toa yang berarti “Pulau Besar,” nama tersebut merujuk pada Pulau Bunguran atau Pulau Natuna Besar.

  • (Abad ke-13) Catatan Shi Bi

Kepulauan Natuna tercatat dalam perjalanan Bangsa Mongol menuju ke Jawa dengan menggunakan rute singkat untuk mengirim armada perangnya. Mereka singgah di Kepulauan Dong Timur dan Kepulauan Dong Barat, yang merujuk pada Kepulauan Natuna dan Kepulauan Anambas.

  • (Abad ke-15) Pelayaran Tiongkok, Shung Feng Shang Sun (Angin Baik untuk Pelayaran)

Pada catatan tersebut disebutkan nama Mao Shan/ Ma-an Shan yang merujuk pada Pulau Natuna Besar atau Pulau Bunguran.

  • (Abad ke-15) Ekspedisi Armada Cheng Ho

Jejak persinggahan Cheng Ho di Kepulauan Natuna dapat ditelusuri dari penemuan keramik oleh masyarakat di Desa Tanjung, kecamatan Bunguran Timur Laut dan Desa Sungai Ulu, kecamatan Bunguran Timur. Beberapa sumber juga menyebutkan Armada Ceng Ho singgah di Kepulauan Natuna untuk menghindari badai dan mendapatkan air bersih.

  • (Abad ke-19) Catatan Harian Cyrille Pierre Théodore Laplace

Raja Prancis Charles X mengutus Laplace untuk melakukan ekspedisi maritim demi menyempurnakan atlas Kawasan Asia Tenggara dan menandai wilayah-wilayah strategis untuk membangun jaringan logistik Prancis di Laut Cina Selatan. Dalam ekspedisi tersebut, Laplace tiba di Kepulauan Natuna dan kemudian menandai beberapa pulau penting yang terdapat di wilayah itu. Salah satu pulau terpenting menurut Laplace adalah Pulau Natuna Besar atau Pulau Bunguran.

Penduduk Kabupaten Kepulauan Natuna (Rengga Satria/Ragamkita)

Sementara untuk peradaban awal di Kepulauan Natuna, tidak bisa dilepaskan dari kisah pilu Tengku Fatimah, putri dari Sultan Johor Allauddin Riayat Syah III (Th. 1597-1655 M) yang lumpuh dan diasingkan ke Pulau Serindit. Di masa pengasingannya tersebut, Tengku Fatimah bertemu dengan Demang Megat, pemuda asal Pathani yang terdampar di Pulau Serindit.

Keduanya lalu menikah dan membentuk pemerintahannya sendiri, sekaligus pemukiman pertama di pulau ini yang diberi nama Mahligai. Rumah-rumah di Mahligai dibangun menggunakan kayu bungur, yang kelak namanya digunakan untuk menggantikan nama Pulau Serindit.

Itulah sepenggal cerita rakyat yang dipercaya oleh masyarakat sebagai peradaban awal di Kepulauan Natuna. Meski kisah tersebut lebih mendekati dongeng/fiksi ketimbang fakta.

Namun jika mau ditarik jauh ke belakang, peradaban awal di Kepulauan Natuna bisa ditelusuri lewat berbagai situs arkeologi yang terdapat di wilayah ini. Seperti situs Batu Sindu yang terletak di Semenanjung Senubing.

Di lokasi tersebut terdapat bukti-bukti artefak, seperti beliung batu dan pecahan tembikar berslip merah polos yang merupakan ciri khas peralatan para penutur bahasa Austronesia. Selain itu, ada juga tembikar yang berhias tatap dengan cap dan berukir. Tembikar jenis ini serupa dengan yang ditemukan di situs-situs Asia Tenggara Daratan serta Borneo, dan diperkirakan berasal dari 5.000 tahun yang lalu.

Jika menilik dari letak yang strategis dan melimpahnya kekayaan sumber daya alam, serta bukti-bukti autentik di atas, maka sangat memungkinkan Kepulauan Natuna telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Serta tidak menutup kemungkinan sudah ada peradaban di wilayah ini sejak lama.

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *