Satu lagi keistimewaan Kabupaten Kepulauan Natuna yang sukar ditemui di tempat lain, yaitu Kekah, primata endemik Pulau Bunguran.
Sekilas, wujud Kekah sangat menyerupai monyet, namun jika diperhatikan dengan seksama, primata yang mempunyai nama latin Presbytis Natunae ini mempunyai kekhasan tersendiri, yakni bulu berwarna hitam dan putih yang melingkar di area matanya. Sehingga seakan-akan primata ini sedang memakai kacamata.
Sementara untuk keseluruhan tubuhnya, Kekah memiliki bulu berwarna abu-abu. Ukuran tubuh Kekah juga terbilang mungil, yakni sekitar 58 hingga 85 cm, dengan berat 5 sampai 8 kg. Hal tersebut membuat Kekah terlihat sangat lucu dan menggemaskan
Namun ternyata, Kekah termasuk hewan yang sangat pemalu. Sehingga jika ada orang yang mendekatinya, Kekah akan segera menjauh dan bersembunyi.
Diketahui, populasi Kekah tersebar di beberapa tipe habitat Pulau Bunguran. Seperti di daerah ketinggian, yakni hutan primer Kawasan Gunung Ranai, hutan sekunder, kebun karet tua, daerah riparian dan kebun campuran.
Namun sayangnya, populasi Kekah tiap tahunnya terus menurun. Berdasarkan hasil riset Universitas Indonesia pada tahun 2003, terdapat puluhan ribu populasi Kekah di Pulau Bunguran.
Angka tersebut diperkirakan sudah jauh berkurang, bahkan diperkirakan saat ini populasi Kekah kurang dari 10.000 ekor. Hal tersebut sejalan dengan pengakuan masyarakat Pulau Bunguran yang semakin jarang melihat Kekah berkeliaran di alam bebas dalam kurun waktu 10 tahun belakangan.
Salah satu penyebab utama berkurangnya populasi Kekah ini adalah perburuan liar, karena banyak orang yang ingin memelihara Kekah. Hal itu membuat harga Kekah di pasar gelap melambung tinggi, sehingga perburuan liarnya pun semakin masif.
Saat ini, Kekah masuk ke dalam 25 jenis primata yang hampir punah. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Natuna segera mengambil langkah taktis, yakni dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat akan status konservasi dan nilai penting Kekah sebagai salah satu ikon Kabupaten Natuna.
Pemerintah Kabupaten Natuna juga berencana untuk mengembangkan kawasan hutan konservasi sebagai upaya untuk mencegah kepunahan Kekah. Serta melakukan pengawasan secara ketat terhadap pembangunan di wilayah Pulau Bunguran agar tidak mengganggu habitat Kekah.
Langkah-langkah ini diharapkan bisa menyelamatkan Kekah dari kepunahan. Sehingga di masa mendatang, generasi-generasi berikutnya bisa tetap mengenal dan melihat Kekah secara langsung, bukan hanya dari cerita-cerita terdahulu.
